Sunday, November 21, 2010

Refleksi Satu Bulan (2) : Serba Cepat dan Tepat, Awas Jangan Tersesat ! :)

Sebenarnya kalo hari ini sih, udah kelewat lama ya dari satu bulan... soalnya belum sempet di-upload sih dari kemaren, ya gapapa deh… masih relevan kayanya hehehe *mau2nya saya ajah :D

Hari itu 4 Oktober 2010 tiba di Bandara Narita, saya dijemput oleh tutor (thanks to Morita-san dan Sekiguchi-san, udah njemput and membantu bawain barang saya yg berat = koper 32kg plus beberapa tentengan hehehe), yaitu student yg ditugaskan oleh university untuk menjemput & mendampingi orang baru kayak saya. Dari Narita, kami naik Narita Express (NEx) menuju dormitory saya. Hmmm kalau dulu, dari Narita naik bis ke Haneda, so ini pengalaman baru naik NEx… Butuh 1 jam lebih untuk sampai Shibuya, tapi kalau naik moda lain tentunya lebih lama, soalnya NEx pakai rel khusus untuk kereta express (seperti rel kereta express Shinkansen).

Photobucket
itu... koper saiya hehehe... :)

Setelah beres urusan dormitory, saya pun diantar ke kampus untuk bertemu Sensei yang merupakan coordinator program saya.

Photobucket
Pohon Ginko yang menjadi ciri khas kota Tokyo, menyambut saya sejak pintu gerbang Tokyo Daigaku :)

Dari dormitory hingga kampus, saya musti jalan kaki sekitar 5 menit, kemudian naik kereta hingga Shibuya, kemudian ganti kereta lagi 2x, kemudian jalan kaki lagi 5 menit, baru deh nyampe kampus. Total perlu waktu sekitar 45 – 50 menit (door to door). Untuk keperluan tiket kereta, saya pakai kartu PASMO, tiket isi ulang seperti kartu B*A Flazz dari salah satu bank di Indonsia, tinggal disentuhkan ke sensor pada gate di tiap stasiun, akan terdebet. Ini sangat menghemat waktu dan menghindarkan saya dari termenung di depan loket pembelian tiket, soalnya kan masih buta huruf hahaha….

Photobucket

Tentang kartu PASMO.... Sistem kartu PASMO yang baru ini (sebelumnya Pasmo tidak bisa dipakai untuk sistem yang pakai kartu SUICA, jadi musti punya 2 kartu) baru resmi diluncurkan sekitar 2 tahun yang lalu, yaitu system terintegrasi yang memungkinkan kartu ini untuk dipakai membayar tiket subway (Tokyo Metro), kereta non subway (JR line), kereta monorail, maupun kereta lain seperti Tsukuba Ekspress, Seibu Line, Keio Line, bahkan membeli minuman di vending machine maupun bayar tiket bus kota (yg menyediakan mesin PASMO/SUICA). Cepat, tepat, dan mudah :)

Nyambung lagi… Pulangnya, berhubung tutor saya tu rumahnya berlawanan arah dgn dorm saya, jadi saya musti pulang sendiri. Saya dikasih selembar kertas catatan : dari sini musti naik kreta X menuju stasiun A, dari stasiun A ganti pake kreta Y menuju stasiun B, dari stasiun B pake kereta Z menuju stasiun C. Kebanyakan berupa subway. Saya juga dibekali peta subway.

Photobucket

“Hmmmm oke, I will try to manage,” kata saya. Well, tak semudah itu sih. Tapi cukup banyak rambu-rambu karena Tokyo Metro Subway yang line-nya banyak banget itu dibedakan menurut kodifikasi dan warna, dengan urutan nomor stasiun. Misalnya Hanzomon line dengan warna Ungu, berkode Z, untuk stasiun Shibuya merupakan stasiun Z-01. Jadi peta Subway itu selalu ada di dalam tas saya.
Oke, sore itu Alhamdulillah saya berhasil nyampe dorm dengan selamat, sendirian, tanpa tersesat. Bersyukur tak terkira dengan segala kemudahan yang Allah berikan di hari pertama saya di Tokyo.

Hari berikutnya, saya ke kampus, berangkatnya selamat juga, dan pulangnya… saya TERSESAT di Shibuya hahahaha…. Kalo boleh cerita sih, sebenarnya saya orangnya lumayan titen, duh ni bahasa Jawa ya… apa Indonesia-nya coba? Yah, nandain gitu.. Karena saya biasa nyopir, jadi biasa nyari jalan dan memperhatikan sekitar saya ada tanda apa… Saya nandain sebuah escalator dengan manekin yang berputar di dekatnya sebagai petunjuk arah pulang. Tapi sayangnya, saya salah belok karena tidak ingat musti ambil East gate atau West gate… Jreng jeng… keluarlah saya dari subway di gate negeri antah berantah yang banyak banget orang mondar-mandir… masya Allah… ini di mana sih… saya terdiam sambil melihat sekeliling… Sumpah deh, tadi ga lewat sini.. Saya tajamkan pandangan, ya Allah… itu dia manekin berputar, ada di seberang jalan…. Huaaah… lega rasanya… rupanya saya tadi keluar di Hachiko Gate (ingat kan film "Hachiko" yang dibintangin ama Richard Gere? ;p).

Kok bisa sih tersesat di stasiun ? Yaaa... gimana ya, stasiun Shibuya itu termasuk stasiun tersibuk di Jepang (yeah seperti halnya Shinjuku, Ikebukuro, dan Osaka), yang sehari2 bisa menjadi lalu lintas 3 juta orang!!! Yang melayani lebih dari 9 jenis line (masing2 minimal 2 platform), belum lagi line ekspress.... dan terdiri dari 8 lantai, tepatnya dari B5F sampai 3F.

Photobucket

Tiap hari menjadi hari yang penuh petualangan hehehe… karena pasti saya menemukan hal yang baru. Aktifitas lain, saya musti mendaftarkan diri sebagai penduduk baru kota Tokyo melalui prosedur Alien Registration. Untuk itu saya musti ke City Ward. Karena saya tinggal di Meguro-ku (mungkin padanannya kecamatan Meguro, tapi ini wewenangnya lebih gede dari Kecamatan), maka saya musti ke Meguro City Ward yang ada di Naka-Meguro. Modal saya cuma peta yang saya download dari website-nya Meguro City Ward (well well, semuanya punya website gitu... ckckck...) dan bahasa Jepang yang seadanya..

Sekali lagi tersesat di Shibuya ketika mencari Tokyu Toyoku Line.. Bertanya sekali kepada seorang remaja yang saya lihat mungkin mengerti bahasa Inggris… tetoooot, wrong guess… "Eego wakarimasen", katanya, ngga ngerti bhs Inggris… jadi saya hanya berbekal “hidari – migi” alias arahan belok kiri belok kanan darinya. Alhamdulillah nyampailah saya di platform-nya Tokyu. Halaah… naik kreta yang mana ini… kok ada 4 jalur… Saya dekati bapak petugas berseragam yang berdiri gagah di dekat salah satu kereta. Dengan ramah, beliau menjawab pertanyaan saya, bahwa kereta ini bakal stop di Naka-Meguro. Alhamdulillah… Perjalanan ke Meguro City Ward (10 menit jalan kaki dari stasiun) juga tidak susah, cuma 1 kali nanya, selesai sudah :)

Photobucket

Perjalanan pulang pergi ke kampus pada minggu-minggu pertama benar-benar petualangan… karena tersesat beberapa kali hehehe… Pernah juga saya rada ngelamun, mungkin karena masih pagi banget n masih rada jetlag, saya pernah salah ambil kereta kea rah berlawanan, mustinya ambil kereta yang di peron kiri, saya malah ambil yang peron kanan. Untung segera sadar karena melihat stasiunnya kok beda, jadi baru satu stasiun saya turun, dan ambil arah sebaliknya. Untungnya di sini tiap 2 menit ada kereta kalo pas jam sibuk, kalo siang hari atau udah malam banget tiap 5 menit. Jadi kalau salah kereta gak terlalu lama telatnya (walaupun namanya tetap telat juga). Jadi mustinya ada spare waktu kira2 10 menit deh dari jam janjian kita. Bandingin aja kalo naik Ciujung trus turun di stasiun yang salah, lha nunggu kereta berikutnya bisa 30 menit kaaan :p udah gitu sering telat lagi… Di sini tepat banget, presisinya dalam detik deh, bukan menit. Jadi terkadang kalau ada kereta yang berhenti terlalu lama di satu stasiun, misal di Omote-sando yang emang penumpangnya pasti berjubel masuk, sehingga kereta itu jadi agak lambat berangkat beberapa detik, maka dipastikan dia akan ngebut untuk mengejar waktu supaya tepat nyampe di stasiun berikutnya :D I’ve noticed that :) .... btw, kereta terlambat datang pernah juga sih, paling telat yg saya alami adalah 6 menit terlambat :D

Nah soal nandain nih ya… Padahal udah bekal peta (saat itu belum punya HP jadi kalo tersesat gak bisa nelpon siapa2, survive sendiri lah…), dan udah nandain, tapi adakalanya di satu simpangan ketika tanda-tandanya kurang jelas atau lagi rada ngelamun, hasilnya adalah salah belok !! tapi dengan tersesat beberapa kali, saya jadi belajar kok, untuk lebih memahami tiap stasiun. Misalnya, kalo stasiunnya besar, biasanya gate pakai nomor, bukan cuma East atau West. Jadi nomor itu perlu dihapalin. Juga musti ngapalin atau ngerti via peta, stasiun berikutnya itu apa, supaya gak salah arah sewaktu membaca petunjuk di peron. Misal, kalo lagi di Nagatacho, mau ke Todaimae via Nombuku-line, stasiun berikutnya adalah Yotsuya, jadi jangan ambil peron yang ke arah Tameike-sanno. Trik yang lain adalah ngapalin (atau baca petunjuknya di peron) di gerbong berapa kita musti masuk, supaya pas dengan pintu keluar yang kita tuju.

Ada website yang bagus untuk mencari rute kereta kalo kita mau menuju suatu tempat yaitu Hyperdia dan Jorudan. Ada yang bilang ini kurang lengkap, tapi yaaa lumayan laaah bagi pemula macam saya ;)

Pertolongan Allah bisa datang kapan saja, benar2 hal yang tepat. Hari itu saya pulang dari kampus, berharap tidak tersesat lagi. Hari mulai dingin, bahkan sore itu hujan. Saya tak sengaja bertemu seorang kawan satu dorm dari Negara tetangga. Sambil ngobrol, hamper terlupa turun dari kereta. Terkejut saya. “Loh ini dimana?” ‘Tameike-Sanno. Biasanya turun di mana?’ “Nagatacho” Stasiun yang biasa saya turuni sudah terlewat. Tetapi rupanya kawan saya itu menggunakan jalur lain, yaitu Ginza line. Oke saya coba ikut dia. Ternyata, Alhamdulillah, jalur ini sangat mudah. Saya tidak perlu keluar dari stasiun lagi, karena Ginza line terletak di dalam stasiun Shibuya sedangkan untuk menuju Hanzomon line (subway) harus keluar dulu kemudian turun ke basement. Dengan Ginza line, saya terhindar dari tersesat dan kedinginan, dengan harga tiket yang sama. Tapi kenapa saya diajarin pakai hanzomon line ya? Dia menjelaskan “Orang jepang normally akan pakai hanzomon line. 5 menit lebih cepat, melewati lebih sedikit stasiun. Tapi you have to walk far to transfer, go outside the station building to reach the subway line… dan itu tergantung seberapa cepat engkau berjalan!” hahaha… tepat sekali, kalo saya pakai hanzomon, saya nyampenya ya 50 menit, soalnya kan saya jalan tak secepat orang Jepang. Dengan Ginza, sama saja 50 menit. Jadi, kenapa musti susah2 jalan keluar dan kedinginan?? :D So now, I have made up my route :)

Photobucket
di depan Kampus To-dai, Komaba, 4 Oktober 2010

Perjalanan lain yang musti saya tempuh adalah ke arah Tsukuba dengan Tsukuba Ekspress (TX). Ada 3 jenis kereta yang menuju tsukuba, yaitu TX Rapid, Semi Rapid, dan Lokal. TX Rapid tidak berhenti di stasiun yang saya tuju. Plus saya harus memperhatikan jadwal bus dari stasiun ke research center. Jadi saya dikasih tau Sensei untuk naik kereta jam 13.56 semi rapid dari Kita Senju, dan naik bus 14.50 dari stasiun tujuan. Berbekal dua jadwal itulah saya berpetualang ke Tsukuba, sendirian (temen saya enak ya, diantar sama sensei hehehe…). Yeah mungkin saya sudah dianggap lulus tes dengan bolak balik dorm-kampus tiap hari sehingga dianggap mampu handle perjalanan ke Tsukuba sendiri ‘kali (positive thingking aja deeey ;P).

Dan hasilnya : saya salah naik kereta hehehe…. Nggak parah sih,.. krn datang terlalu awal di Stasiun Kita senju, then I just jumped into the available train there, that turned out to be the Rapid one, so… ya musti turun di stasiun sebelum stasiun tujuan saya yang Rapid ini stop, lalu ganti dengan kereta berikutnya yang lewat, yang kebetulan kereta Lokal ;D Alhamdulillah Sensei saya baik banget, saya dikasihnya jadwal lengkap TX dan jadwal lengkap bis. Jadi saya bisa mempelajari dan kemudian menentukan sendiri mau naik apa jam berapa.

Teori-nya sih kayaknya gampang hehehe… Kudu dipratekkan sendiri deh sayang yaa…

Photobucket
Looks familiar? Yup, banyak sodara2 tuanya yg dikirim ke Jakarta, jadi kreta JABODETABEK :D

No comments: