Wednesday, April 26, 2006

Bahagia Untuknya

Dia terdiam beberapa lama.
“Kok diam aja sih?” tanyaku pada si bawel satu ini. Ngga biasanya dia diam begitu lama, ada yang aneh ni…

“Hmmmmhhhh……" dia menghela napas panjang. Wah, sungguh tak biasa, ada yang serius ni… jadi aku cuma menunggu sambil pura-pura baca majalah.

“Dia udah punya pacar, “katanya kemudian. Aku menatapnya lurus-lurus. Yeah, bye bye majalah.

“Dia siapa ?’ tanyaku pura-pura bego.

“Ya diaaa, itu, siapa lagi,” katanya untuk memastikan bahwa dia lagi ngomongin mantan pacarnya, eh salah…sebenarnya mantan orang tersayangnya, sahabat terbaiknya, yang dia kejar-kejar tapi kemudian dilepas melulu.

“Aku baru tau tadi siang. Bahkan kudengar mereka akan segera menikah,” lanjutnya lagi.

“Yaa, alhamdulillah dia cepat ketemu jodohnya,” kataku sambil cengar cengir.

“Ah kamu ini, kok malah seneng gitu kedengarannya,” sewotlah dia.

“Lho ya seneng lah, dia temenku juga, dia bahagia, mau berkeluarga, selayaknya kita doakan, gitu kan?”

Dia diam sambil megangin kepalanya.
“Aku ingin tahu siapa calon suaminya. Kamu kenal ngga?”

“Heh kamu mau ngapain emangnya???!!!”

“Aku cuman pengen tau, untuk siapa dia gak mau nerima aku…..”

Aaahhh, rupanya ego laki-laki-nya sedang bicara. Aku jadi sebel.
“Hei tunggu dulu ya, koreksi dikit, bukannya dia gak mau nerima kamu, tapi kamu yang waktu itu ngga mau melangkah!!!”

“Bukan ngga mau melangkah, dia udah ngasih tanda kalo ngga mau! Masa aku ngotot, ngga tau diri banget !”

Aku geleng-geleng kepala.
“Anak bodoh, keras kepala, dia cewe dan gak akan melangkah lebih jauh dari batas kesopanannya. Dia itu sayang banget ama kamu, aku dah pernah bilang kan. Kamu adalah tempatnya menuju waktu susah dan senang, ingat? Selama itu, dia lebih tau kamu ada di mana dibanding aku malah. Aku tahu dia ragu waktu itu. Bukannya kamu bicara baik-baik sama dia. Kamu yang waktu itu menghilang ditelan bumi, kamu yang menghilang darinya! Aku tahu dia kebingungan waktu kamu gak jawab sms ataupun emailnya. Kamu yang keras kepala. Jadi sekarang jangan merengek begitu ketika dia sudah bertemu mataharinya!”

"......."
"...."
"Waktu itu aku berpikir….”
Dia terdiam lama dan menatapku lesu. “Dia begitu jauh tinggi, rasanya begitu tak terjangkau bagiku…”
“Kamu tahu betul, kamu tak selayaknya berpikir begitu. Kamu bikin dia kecewa dengan mikir begitu…”
"......"
"..."

"Sekarang gimana…"
"...."
"Aku masih sayang ama dia…”
Aku tersenyum sambil menepuk pundaknya, “You're a litlle too late, my friend... C’mon, be happy for her…”

No comments: