Thursday, March 31, 2005

(Tak) Berbalas SMS

Sebuah nada terdengar dari ponsel saya. Oh, ada sms rupanya. Saya meraih HP dan membuka SMS yang baru masuk tadi, dari sebuah nomor yang rupanya tidak ada di address book saya.
“Ran, si D…. lg di UP ga? Soalnya aku lg di UP nih,” begitu isi SMS-nya.
Waduh, dari siapa nih yaa? Kalo dilihat dari nama, kota yang disebut, dan nada smsnya yang akrab sih saya kira dia salah satu teman lama. Berhubung engga tau siapa, maka saya tanya si pengirim SMS, “Maap, ni sapa yaaa…”
Tanpa disangka dia membalas, “Huh, sombong lu, kn dl dah prnh kukasih tau.”
Haah?? Sapa ni, tau-tau ngatain ‘sombong’, pikir saya. Tapi saya jawab juga sih
“Masak sih dh prnah kasih? Kok ga ada y? Maap deh kl aku lupa, tp ni sapa yaa…”
“Huh, emang dasar sombong, kl blm prnh kukasih tau y kukasih tau. Tp km dh prnh kuksh tau jd ga kan kuksh tau lagi!” itu balasannya.
Waaah! Galak sekali (dan bagi saya, kasar sekali :p). Saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Heran, padahal saya sudah tanya baik-baik, pakai kata-kata yang sopan, kok ditanggapi semacam itu yaaa… hmmm… Di jaman ini, yang namanya ber-SMS memang sudah bisa dikatakan hal yang umum. HP relatif terjangkau harganya, operatorpun macam-macam bisa pilih sesuai selera. Tapi yang namanya ‘etika’ atau katakanlah ‘permakluman’ dalam ber-sms, wah sepertinya tidak semua sepaham yaa.

Dalam hampir tiga tahun bergaul dengan SMS, rasanya sudah macam-macam hal yang saya alami atau saya dengar dialami teman, baik menyenangkan maupun menjengkelkan.
Mulai dari SMS penyemangat hari dan penyejuk hati, sampai SMS dari orang tak dikenal yang ternyata dapat nomer HP saya secara ‘illegal’ (pelajaran SaTu : jangan sembarangan kasih nomer HP ke orang lain tanpa ijin yang punya, daripada disalahgunakan cuma buat iseng ngabis-abisin pulsa wakakakak…). Mulai dari kabar gembira kelahiran ponakan sampai kejutan di pagi hari untuk segera rapat di tempat yang jauhnya tak kurang dari dua jam perjalanan.

Pernah saya diomel-omelin seseorang gara-gara lambat membalas SMS-nya. Yang dia tidak tahu adalah sedang apa saya saat itu : tangan saya sedang berlepotan minyak karena kebetulan sedang kerja di Lab. Mana mungkin saya pegang HP, huuh bisa lumer deh, or kena bahan kimia! Dasar ga sabaran lu, hehehe… Atau disms, lalu dimiskol-miskol berkali-kali, padahal tahu tidak sih, saya lagi ngetik sms balasannya, jadi keputus-putus deh… Lain lagi, disms, tapi lagi ga bisa bales karena…pulsa abisssss! Nah! Lain waktu, baterai habis, hahaha… Ataupun, waktu SMS masuk sedang meeting penting, jadi ga bisa langsung balas (pelajaran DuA : sabar dooonk, kita tidak tahu yang di seberang itu keadaannya gimana. Kalo ga sabar, yaaa…ditelpon aja, hehehe). Harap maklum, itu kata kuncinya.

Suatu kali, ketika sebuah gempa dahsyat baru mengguncang bumi Aceh, saya teringat seorang sahabat yang saat itu setahu saya kadang ngejob di sana. Maka daripada kepikiran, saya sms dia, “Habis gempa d Aceh gmn? gpp kn? Smua baik2 aja? Km lg dmn?”
Selang beberapa waktu tibalah balasannya, “Alhamd baik2 aja.”
Hmghhh…saya menahan tawa. Tahukah anda, teman saya tercinta ini kami kenal sebagai orang yang paling males ngetik SMS (bahkan pernah dia bilang, mending miskol aja ntar kutelpon hehehe). Jadi, meski saya mengharapkan jawaban yang lebih rinci tentang kabarnya, tak urung saya bersyukur dia baik-baik saja, and tentu saja, saya menghargai betul usahanya mengetik dengan susah payah tiga kata yang berharga tadi, hahaha….

Lain peristiwa, ketika janjian dengan seorang sahabat, saya SMS dia untuk memastikan jadi atau tidak acara jalan-jalan besok, “Gmn, bsk jd ga?” ketika muncul balasannya, “Jadi” wah, saya mengerutkan kening juga. Lho, ada apa nih, ga biasanya teman ngobrol saya ini kasih jawaban yang super pendek begitu. Betul-betul anomali. Tapi, walau masih bertanya-tanya, saya biarkan dulu sih, ngga terlalu saya pikirkan. Malamnya dia telpon dan cerita bahwa tadi siang pekerjaannya blablabla…sibuk sekali dan penuh tekanan, sambil menekankan ‘pokoknya acara besok jadi loh!’. Saya tersenyum dan membatin, “Oh itu toh penyebab SMS super singkat tadi.”

Kali lain saya kirim SMS ke seorang teman, “Aku kirim imel, tlg buka ya, pntg”. Tak lama muncul balasan, “Ini siapa ya, sorry dab”, yang segera kujawab, “Ini Rani loh..” Jawabnya, “Wah sori Ran, HPku model lama sih jd kdg ada nmr2 yg trpksa dhapus hehe…” Nah, ini baru berbalas SMS yang penuh tenggang rasa dan toleransi, hahaha…

Pernah pula, lagi tidur nyenyak, saya dikagetkan nada SMS dari HP saya. Wah, siapa nih malam-malam? Mana kepala saya lagi pusing banget. Saya baca SMS itu lalu kembali tidur. Yang jelas, SMS yang dikirim tengah malam begitu tak mungkin mengharapkan balasan :p

Pada suatu hari menjelang libur panjang, saya mengirim SMS pada beberapa kawan, “Hai, longweekn mudik ga?”
Si A yang pertama menjawab, “Mudik donk, tapi ga ke yk hehe..”.
Satu lagi berbalas dari Si B, “G mudik ni, bosku mudik aku jaga kntr :(”
Yang lain menyahut, “Aku dh d yk lho!”
“Mau yg bln dpn aja dh!” balasan si D muncul.
Tapi dari satu makhluk tak jua berbalas. Saya kira tak kan dibalas, sampai muncullah jawabannya sore hari, “Mudik ntar Jumat pagi”.
Saya tersenyum. Terima kasih buat pembuat teknologi SMS yang bisa mendekatkan kami-kami yang terpisah ratusan kilometer.

*Disertai segala permohonan maaf karena ada kata-kata yang tertulis dalam singkatan-singkatan ‘bahasa sms’ :)

No comments: