Monday, May 30, 2005

"Percayalah Padaku....."

“Kenapa sih kamu tidak percaya sama aku? Kita kan udah kenal lama. Kamu seharusnya percaya padaku!!!” sergahnya dengan marah pada saya. Saya tertegun dan berpikir.
“Percaya itu tidak ada hubungannya dengan lama atau sebentar…,” kata saya.

Kepercayaan pada seseorang tidak bisa muncul begitu saja. Kepercayaan itu berasal dari penilaian kita pada seseorang, berdasarkan tindakan dan sikap seseorang menghadapi suatu hal. Tak perlu waktu lama...tapi oleh suatu hal yang tiba-tiba terjadi secara spontan pun, rasa percaya bisa tumbuh...

Di masa-masa kampanye pilkada seperti saat ini atau jaman pemilu yang lalu misalnya. Banyak calon yang menggelar program, menebarkan janji dan bujuk rayu, agar pemilihnya percaya dan menitipkan suaranya pada sang calon. Tapi bagaimana bias dipercaya, kalo sang calon berjanji memajukan pendidikan namun tak punya program nyata ataupun jejak-jejak tindakan dalam bidang pendidikan pada kehidupan sebelumnya ? Ngga ada track record-nya. Jadi, bisa dipercaya atau tidak…?

Sewaktu menonton salah satu episode “Penghuni Terakhir”di salah satu stasiun TV swasta, ada salah satu penghuni yang ditanya apa misinya, mau diapakan uang (dalam bentuk rumah) sebanyak itu nantinya. Jawabnya untuk kampanye anti bla bla bla. Lalu Helmi Yahya bertanya, selama ini apa saja yang suda anda lakukan untuk memberantas blab la bla itu, anda ikut organisasi atau kegiatan apa, atau telah melakukan apa? Jawab sang penghuni, tidak ada!
Tidak ada?!! Hampir saya tertawa terbahak. Dengan segala hormat, seolah misi yang dikatakannya itu, hanyalah sebagai penarik simpati pemirsa saja, tanpa ada track record, tidak dari hati?

Ketika hendak menitipkan kepercayaan, pastinya hati akan menilai bagaimana seseorang bertindak atau bersikap menghadapi sesuatu kasus. Ketika kita bisa meninggalkan handphone tergeletak di depannya tanpa khawatir akan dibaca-baca sms-sms atau apapun di dalamnya tanpa seijin kita, itu berarti kita percaya padanya karena kita tahu ia menghormati hak orang lain. Ketika ada yang memerlukan bantuan, ia tahu berinisiatif bertindak. Ketika berkata dan berjanji, itu tidak sekedar di ucapan. Menjaga amanah….

“....untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain, itu bukanlah dengan berkata ‘Percayalah padaku!’, tapi dengan MENJADI orang yang dapat dipercaya.....”

Thursday, May 19, 2005

Wanita dan Pria

Waktu membuka-buka lagi koleksi foto tahun lalu, saya jadi teringat negeri Riau yang waktu itu saya kunjungi. Lumayan loh, hampir 3 bulan stay di sekitar Pekanbaru. Awalnya ngga kebayang, malah rada takut. Maklum aja ya, belum pernah ke lapangan. Real site, real engineering, hehehe... Dunia yang maskulin? Barangkali. Yang jelas, banyak yang berkomentar mendengar keberangkatanku, “Duh kok mau sih…?” atau ”Emang ngga ada yang lain yang bisa pergi, yang cowok?” atau pun, ”Riau kan panas, ngga takut item?”

Tapi.... saat itu saya merasa harus pergi. This is a step i have to take, a journey to overcome. Kalo tidak pergi, saya tidak akan bisa tau rasanya, dan mungkin akan penasaran selamanya. Tentu saja seraya tak lupa berdoa dan berkeyakinan bahwa apa yang saya lakukan itu ada manfaatnya. (Dan lagi, ada juga teman-teman saya, cewek juga, yang field engineer banget di salah satu Oil Company. Tempat kerjanya tak lain tak bukan ya di tengah hutan belantara hehehe… (piss girl!!). They can survive with that…)

Dan tahukah....di tengah dunia yang maskulin itu, saya justru merasa wanita.

Saya dituntut bekerja sebaik pria, dan saya memang minta tidak dibedakan. Saya berusaha menjadi seorang profesional, yang mengerti apa yang saya kerjakan. Nyatanya (menurut saya) saya bisa berkerja sekeras mereka, saya bisa berpikir logis, saya bisa menyetir dengan baik (bahkan mungkin lebih baik dari beberapa di antara mereka), saya bisa memanjat tower 15 meter itu (yang bahkan ada dari mereka yang belum pernah memanjatnya :p), saya bisa membaca peta dan bernavigasi, saya tidak takut kulit jadi item....pendeknya saya bisa kok.

Tapi di tengah segala kebisaan itu, justru dengan sendirinya saya menerima bahwa saya wanita dengan berbagai hal yang ‘saya tidak bisa’ dan ‘saya berbeda dari mereka’. Saya tidak kuat mengangkat jerigen 20 liter penuh air, saya tidak kuat memutar baut yang gede itu dan memang tidak berminat mencobanya, saya tidak bisa mandi di kali ketika waktu itu sumur kering, saya tidak akan dilepas pergi malam-malam sendirian, saya dipaksa pindah ke bangku belakang ketika melintasi salah satu ruas Lintas Timur Sumatera yang rawan, saya tidak pernah ditinggal sendiri di belakang ketika jogging lewat kebun kelapa, saya mengalami datang bulan....

Dan toh, mereka pun tidak keberatan mencuci piring, memasak indomie, dan bersih-bersih rumah. Walau kadang masih berantakan juga :p

Wanita memang sejajar pria, dan pria tidak lantas lebih tinggi dari wanita. Wanita dan pria sama pentingnya, tapi bisa memiliki orientasi berbeda. Wanita dan pria diciptakan dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Wanita dan pria.... saling mengisi....

Setiap orang, pria ataupun wanita, memiliki fungsi di dunia ini sesuai dengan bakat dan keahliannya....
Note :
.....saya pengen deh lebih sering meng-up date lembar-lembar ini,
melengkapi dgn asesoris biar lebih friendly...
uh, belum sempet .. mudah2an esok hari bisa lebih sering deh...
iri banget sama temen2 yang hampir tiap hari nulis di blog, hehehe...

Wednesday, May 04, 2005

Big Plan Today....

".....We can never have perfect information or tools but…
We should OPTIMIZE WHAT WE CAN TODAY and recognize that IT WILL CHANGE IN THE FUTURE, as our ASSUMPTIONS NEED ADJUSTING according to the change of information…."

from somewhere... (upss sorry i forgot :p), actually this is 'engineering words' but i think this can work in life