Terbatuk-batuk saya sambil sibuk menutup hidung demi menyelamatkan diri dari hitamnya asap knalpot bis kota yang baru lewat. Duh, mana tisu yaa, ternyata saya lupa bawa… Dan ngga cuma saya rupanya yang merasa tergangu dengan asap tadi, ibu-ibu di sebelah saya dan beberapa pria di halte bis itu secara spontan menutup hidung dengan apa saja yang mungkin dipakai : saputangan, koran, tas… apa aja deh, yang penting ketutup.
Tapi ada juga lho, yang menunjukkan reaksi minimal. Paling menoleh melawan arah datangnya asap. Barangkali, beliau ini sudah ‘terbiasa banget’ dengan kondisi udara di kota Jakarta ini. Barangkali, beliau punya saluran pernapasan yang cukup kuat menghadapi udara yang kotor ini. Tetapi sekuat-kuatnya paru-paru dan teman-temannya itu, ada batasnya juga dong.
Menurut penelitian, efek dari polusi udara itu bervariasi tergantung kadar pengotor atau polutannya. Ada yang menimbulkan reaksi spontan, misal batuk-batuk, ataupun yang berefek akumulasi. Artinya, efeknya baru terasa besok-besok hari, setelah jangka waktu lama tanpa terasa, ketika polutan tersebut telah melebihi ambang batas kemampuan tubuh untuk mentoleransinya... Duh, duh, kasihan benar tubuh kita ini yaa...
Nah, yang bikin sesak pernapasan dan batuk-batuk itu umumnya polutan yang berbentuk partikel, maksudnya benda kecil buanget yang keluar dari knalpot, tapi tidak cukup kecil sehingga mengganggu pernapasan kita yang peka ini. Polutan ini punya nama keren : Particulate Matter. Beliau ini berupa debu, karbon yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna (ini nih yang bikin asap jadi item abisss), abu, ataupun kotoran lain.
Ukurannya bervariasi, ada yang kecil, lebih kecil, sampai kecil buanget. Bahasa matematiknya PM 10 (diameter ≤ 10 µm), PM 2.5 ( ≤ 2.5 µm), sampai ’ultrafine particles’ a.k.a nanoparticles (≤ 0.1 µm alias 100 nanometer). Yang bikin batuk-batuk, tentu saja partikel yang ukurannya lebih besar, tertahan oleh barisan pertahanan tubuh di saluran napas atas, bikin gatal tenggorokan dan menghasilkan batuk. Yang lebih berbahaya adalah partkel yang ukurannya lebih kecil, karena lolos dari ‘satpam’ kita, melenggang bebas ke….paru-paru ! Aduuh… numpuk deh di situ… Jadi akumulasi juga akhirnya…
Mau tahu polutan lain yang mungkin kita hirup sehari-hari dan apa efeknya? Ini dia….
CO alias Karbon Monoksida
Sumber Utama di Udara : 56% dari Kendaraan Bermotor; 44% Pembangkit listrik, dsb
Akibat Berbahaya yang Utama : Menghalangi pertukaran oksigen dalam darah
HC atau Hidrokarbon
Sumber Utama di Udara : 57% Kendaraan Bermotor; 43% dari Kilang minyak, pabrik pengguna solvent, dsb.
Akibat Berbahaya yang Utama : Melukai lapisan organ saluran pernapasan
NOx
Sumber Utama di Udara : 49% Kendaraan Bermotor; 51% Pabrik, Pembangkit listrik, Kilang minyak, dsb
Akibat Berbahaya yang Utama : Melukai mata, hidung, tenggorokan, jika parah dapat merusak paru-paru
SO2, gas Sulfur Dioksida
Sumber Utama di Udara : 47% Kendaraan Bermotor (Diesel); 53% Pembangkit listrik, dsb
Akibat Berbahaya yang Utama : Melukai membran sistem pernapasan dan menyebabkan inflamasi saluran napas
Pb alias Timbal
Sumber Utama di Udara : 100% dari kendaraan bermotor berbahan bakar Premium dan Premix
Akibat Berbahaya yang Utama : Menyebabkan gangguan mental dan penurunan IQ pada balita, gangguan pencernaan, hipertensi, anemia.
Lindungi diri anda sebisanya....
No comments:
Post a Comment