Showing posts with label Movie. Show all posts
Showing posts with label Movie. Show all posts

Wednesday, May 14, 2014

NCIS, Castle, Bones...

Itu dia daftar tontonan kesukaan :)

NCIS, semacam polisi militernya angkatan laut amerika.. Ni film nyeritain tim investigasi yg dipimpin sama Gibbs. Film series ini diputar di Fox Crime dan udah sampe season 11 lho. Tokoh agent yg cewe udah ganti ketiga kalinya. Producernya rada "kejam" mosok tokohnya ada yg dimatiin :( walopun diganti dg yg ga kalah keren sih. Anyways, jalan ceritanya seru, forensiknya asik dan keren, trus banyak kelucuannya... Hehehe.. Suami yg tadinya komen "tontonan kok kriminal" akhirnya suka juga lho :)

Kalo Castle? Oooh ini tentang detective Beckett dan penulis Rick Castle yg lagi 'magang' di polsek situ dan kemudian selain memecahkan kasus2 seru juga dibumbui romansa keduanya. Ditambah lagi kelucuan keluarga Castle dan tim di polsek situ ... Klop deh lucunya :)

Kalau Bones? Ah ini kisah cinta platonis lainnya antara Dr. Brennan dan detective Booth. Hehe.

Tuesday, September 18, 2012

Emma ^^

*haiiisssshh apa-apaan iniiiih, sudah lama banget ngga posting!! :O

Okelah,... siapakah "Emma" yang saya jadikan judul ?
Dia adalah tokoh dalam novel karangan Jane Austen dengan judul yang sama.



Well, sebenarnya saya mengetahui karya Jane Austen ini pertama kali bukan dari bukunya, tapi dari mini serinya yg ada di youtube :) 



Dan ternyata buku ini sudah difilmkan/diadaptasikan untuk ketiga kali, dibikin TV miniserinya sebanyak 8 kali, serta dipentaskan beeerkali-kali. Tapi yang saya tonton ini versi terbaru dari miniserinya yang disiarkan di BBC tahun 2009, dengan Romola Garai yang berperan sebagai Emma. Ooooow such a cute and beautiful girl!!! (selaluu terheran2 dengan tatanan rambutnya :p)

Bagaimana ceritanya saya bisa nemu film ini??? hahahaha... pas lagi heboh-heboh packing niiih, pas suatu malam lagi jenuuuh banget, sudah jam 10 lewat tp kamar masih berantakan... maka saya ngeyutub, dan seperti biasa saya nyariin karya2 Jane Austen yang memang saya suka dari dulu, mulai dari P&P (ini juga favorit sepanjang masa dan ngga pernah gagal menghibur tapi pasti bikin galau hahahahaaa), Sense & Sensibility,... dan jreng jreeeeng... sampailah saya pada Emma!!!

Waaaah langsung tancap beberapa episod tanpa sadar nonton sampe jam 1 !!! Ya ampun!! 

I like the story, the languange (bener2 English British abissss), the casts, and ...the ending! Setelah tamat, saya penasaran dan mengulangi lagi, karena merasa ada bagian2 yg saya ngga ngerti, lalu mengulang lagi karena pengen ngelihat lagi episod2 penting... Sehingga kalau ditotal, kayaknya sampai ini ditulis, saya sudah tamat 6 kali !! Hahahaha....

Film ini bercerita tentang Emma Woodhouse, seorang gadis manis dari kalangan atas, yang percaya dirinya cocok sebagai matchmaking alias makcomblang sementara berpendapat dirinya sendiri tak ingin menikah karena ingin selalu menemani sang Ayah. Tapi kisah usahanya mencomblangi temannya mengalami berbagai sandungan dan ditentang oleh sahabat keluarga sekaligus tetangga sekaligus saudara lelaki dari kakak iparnya, Mr. George Knightly. Mereka berdua sudah berteman sejak kecil dan selalu berantem serta saling mengejek tapi juga saling menyayangi, hingga akhirnya timbullah cinta platonis di antara mereka berdua, meskipun usia mereka terpaut cukup jauh (well, adiknya si George itu menikah dengan kakaknya Emma... nah lho... jauh kan selisihnya? hehehe...).

Anyways.... This is my favorite episode, the dance of Emma & Mr. Knightly, that was started by the question "Will you dance, dear Emma?"

saya yakin di episod ini sebenarnya Emma sudah mulai suka ama Mr. Knightly, cuman dia ga sadar ;)

Dan tentu saja di episod ketika Emma menyadari perasaannya yang sebenarnya dan ketika Mr. Knightly menyatakan cintanya ke Emma donk!! Suka bangettt!!!

"Tell me... have I no chance to succeed? ...My dearest Emma ... for that is what you always have been, ..and you always will be ... My most ... beloved Emma... I cannot make speeches... If I love you less I might be able to talk about it more ... but you know what I am ...."

Aaaah such a beautiful expression!!
And of course, I love the last episode very much... This is where they confess each other when they start to fall in love. So sweet!!! 
It is also the episode when Emma said she cannot marry George because he cannot leave his father. And then George said something really beautiful ;)

...I will do far more, without a second thought ....

*tamat ketujuh kali gara-gara postingan ini :D

Wednesday, March 29, 2006

Berbagi Suami

Ah, gak tahan saya gak komentar ttg film ini :)
Mana nontonnya gak ada rencana, tiba2 pas lagi di puncak kepenatan kerjaan, kok ya datang ajakan nonton rame2 gitu waah berat ditolaknya... Lagi nomat pula :p

Nia Dinata emang lihai n kreatif banget milih cerita. Cara bertuturnya penuh humor dan sindiran. Tema-nya pasti kontroversial pula.
Kisah kebahagiaankeluarga Pak Haji dengan Bu Salma dan Nadim, terusik dengan kehadiran istri-istri muda Pak Haji. Apalagi waktu Pak haji terbaring sakit, terpaksa mereka ngumpul dan berinteraksi. Sampe akhirnya pak Haji pusing sendiri, dan pesan ke Nadim (diperankan dgn gemilang ama Winky), "Ntar kalo punya istri, satu aja, pusing!!"
Hehehe... adil bukan hal yang mudah.
Apalagi pas adegan di kuburan, "Abah emang paling suka ngasih surprise..." Nia Dinata sukses menggambarkan lewat Bu Indri bahwa wanita yang rela jadi madu belum tentu rela pula dimadu :)
Belum lagi kisahnya Pak Lik dan istri2nya, ampun deh... crazy banget :p Koh Abun? Hmmm tak kusangka itu Tio Pakusadewo. Eh, Ira Maya Sopha maennya juga oke banget :)

Tepuk tangan plus dua acungan jempol buat Nia Dinata. Moga2 ntar ada lagi film2 Indonesia yang bagus dan enak ditonton.

Yang belum nonton, silakan nonton....

NB : hueh baru kali di tengah nonton film, ada kejadian layar gelap plus ada tulisan "Maaf Gangguan Teknis" :p

Wednesday, September 07, 2005

STEALTH (Part 2) : Episode Cinta

Ada yang menarik dari kisah pilot-pilot Stealth dalam film berjudul sama. Ini tentang Kara dan Ben. Hubungan mereka yang platonis ternyata pelan-pelan berubah nyata tanpa mereka berdua sadari. Look at how they look at each other :)
Sampai suatu hari, Ben mengakui ke Henry, his wing man, bahwa dia memang punya perasaan yang lain, "Yes, I Love Her."
Rupanya ada aturan di US-Navy yang melarang hubungan sesama pilot (well...CMIIW), hingga Henry berkata, "Kalau cintamu begitu besar kepadanya, kamu tak akan melakukannya !"
Hmmmmh...Ben tampak menghela nafas panjang menahan sakit..
Bagaimana dengan Kara? Kara dan Ben dalam suatu percakapan antar mereka, dan tibalah pada kata-kata Kara, "Aku belum pernah merasakan hal seperti ini, hingga aku berani mengambil resiko apapun...," katanya sambil menatap mata Ben lurus-lurus.
Akan tetapi perdebatan hati Ben kali ini dimenangkan oleh kata 'Tidak'...Ben berbalik badan dengan ekspresi hati yang remuk... meninggalkan Kara yang menampakkan ekspresi, "Oh God! Aku udah kasih sinyal sejelas ini, n you walk away ???!!! Ada apa denganmu???" *kok jadi kayak Peterpan*
But anyway, setelah melewati berbagai ketegangan yang menguji perasaan mereka, sampailah pada adegan terakhir di mana Kara bertanya, "Waktu itu, kamu mau bilang apa ke aku tentang kita berdua?" merujuk ke pernyataan Ben yang tak jadi diucapkannya di saat mereka akan terpisah dalam tugas genting itu.
Ben masih sibuk ber Aaa Eee... dan pura-pura sibuk menjelaskan angka 'dua' sebagai bilangan prima.
Hingga Kara berkata sambil tersenyum, "Just tell me you love me you pussy."
And look at their happy smiles, happy shining eyes...

Do you know the words, "Cinta tak harus memiliki" ? I think Kara and Ben might think that, "Cinta mungkin bisa memiliki." :)


Image hosted by Photobucket.com
this photo's taken from www.sonypictures.com/movies/stealth

Friday, August 26, 2005

STEALTH (Part 1)

Well, sebenarnya nontonnya dah agak lama sih tapi saya teringat lagi film itu setelah mengikuti presentasi salah satu software simulasi awal minggu ini.

Stealth menceritakan tiga pilot pesawat super canggih milik Amerika Serikat yaitu Ben, Kara, dan Henry. Pesawat yang punya selimut anti radar itu begitu canggihnya dengan perangkat komputer yang aduhai, bisa menganalisis situasi peperangan, memberi saran mau pakai senjata apa, trus bisa terbang dengan kecepatan hipersonik.
Dan pilot yang menerbangkannya pun hanyalah pilot-pilot pilihan hasil seleksi super ketat! Hehehe…bagus juga, mereka bertiga adalah seorang lelaki kulit putih, seorang wanita, dan seorang lelaki kulit hitam, yeah...cukup adil :)

Anyway, ketenangan mereka terusik dengan hadirnya the fourth wing man, sebuah pesawat yang lebih dari super canggih, stealth yang bisa terbang tanpa awak. Pesawat itu bernama EDI. Yang kemudian menjadi perdebatan adalah kelayakan sebuah mesin dilengkapi otak komputer alias artificial intelligence untuk turut berperang. “Secanggih apapun, mesin tidak seperti manusia, yang memiliki pertimbangan moral ketika terjun dalam peperangan, “ begitu argumen Ben. Dan itu terjadi lah. Ketika ketiga pilot memutuskan membatalkan serangan ke Tajikistan (heran deh, kenapaaaa yaaa negara ini yang dipilih) yang diketahui memiliki hulu ledak nuklir, setelah mengetahui dampaknya adalah penyebran debu radioaktif di pemukiman petani yang tak bersalah, ehhh…EDI bersikukuh menyerang sehingga terjadi bencana. Meskipun di akhir film dikisahkan bahwa EDI bisa merasa menyesal…hmmm…still debatable. Yeah, movie…

Dan bagaimana dengan software-software simulasi proses yang canggih itu? Di dunia teknik kimia dan engineering pada umumnya, bertebaran software berbagai merk. Masing-masing punya keunggulan, yang tentu bias membuat terheran-heran karena kecepatannya berpikir. Sangat menghemat waktu ! Orang jadi punya harapan tinggi bahwa software bias melakukan apa saja, kalau sudah punya software itu semua masalah teratasi. Tidak perlu bikin program sendiri, oh senangnya!

Well, pastinya software itu diciptakan untuk mempermudah manusia, membantu menghitung, menguji performa peralatan yang ada, dan keluarlah result alias hasil simulasi. Tapi secanggih apapun software, tetaplah manusia yang mengoperasikannya yang harus menganalisis dan mengambil tindakan atas hasil simulasi itu. Oke deh, sudah dapat nih hasilnya simulasi Kolom Distilasi misalnya, dapat sekian jumlah tray, diameter sekian, aliran sekian, so what? Bisakah kolom distilasi itu berjalan sesuai keinginan jika dioperasikan?
Apa gunanya software simulasi canggih jika FUNDAMENTAL yang mendasari tiap peralatan dan proses didalamnya tidak dikuasai?

It’s all just tool, it’s just a gun, and still depends on ‘The man behind the Gun’….

Don’t stop learning, don’t stop reading my dear friend….

Tuesday, February 22, 2005

Dora and Boots !

Geli sekali rasanya melihat kedua keponakan saya tergila-gila pada Dora dan kisah petualangannya. Awalnya, hampir setahun lalu, saya heran, apa sih yang begitu mereka tunggu-tunggu tiap pagi itu. Bahkan mereka berdua (kini 7 tahun dan 3 tahun) sering bangun pagi-pagi, tak jarang lebih pagi dari yang lainnya, demi menonton serial kesayangan ini.
Lama-lama saya tertarik juga ikut menonton. Ternyata memang benar, petualangan Dora sangat seru dan lucu. Ditonton saja (yang kecil kan awalnya belum ngerti, paling-paling menirukan) sudah menarik, karena gambarnya warna-warni dan kartunnya itu loh, menggemaskan. Apalagi kalo anak yang lebih besar sedikit, bisa ikut merasakan serunya petualangan Dora.

Buat yang belum pernah nonton, Dora berkisah pada petualangan Dora dan Boots, sahabatnya (seekor monyet lucu) untuk menuju suatu tempat. Tempat itu jauh dan kadang harus lewat hutan, jembatan, gunung ataupun sungai, tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Sebelum berangkat, supaya tidak tersesat, mereka bertanya pada Peta, bagaimana jalan menuju tempat tersebut. Meski jauh dan mungkin berbahaya, Dora tidak gentar. Seringkali untuk dapat melewati suatu pintu, Dora harus menjawab teka-teki dengan mengajak para penontonnya untuk ikut menjawab. Tak jarang Dora ditolong oleh sahabat baru jika mendapat kesulitan. Seru bukan ?

Kadang mereka jam 5 pagi sudah ribut berebut tempat duduk favorit untuk nonton, sehingga membangunkan yang masih asyik bobok (kadang termasuk saya nih hehe..).
Sekarang, sudah banyak merchandise bertema Dora. Mulai boneka berbagai ukuran, tas, poster, buku tulis, pensil, dan segala macam benda kanak-kanak. Tak Cuma membius kedua ponakan saya, Dora dan sahabat-sahabatnya telah membuat hampir semua anak-anak jadi jatuh hati. Suatu kali ketika berbelanja di supermarket, saya dikagetkan oleh anak laki-laki kecil (kelihatannya berumur 5 tahun) yang tiba-tiba menyanyi dengan lantang, ”Aku Peta, aku Peta, aku Peta...” sambil tangannya bergoyang ke kiri ke kanan, menirukan gaya Peta ketika hendak memberi petunjuk pada Dora. Hahaha... lucu banget...

Dan itu tak pelak membuat saya jatuh iri juga pada pembuatnya. Bagaimana sebuah ide tentang tokoh Dora dan kisahnya bisa muncul ke dunia, membawa pesan untuk menjadi anak yang pemberani, cerdas, sehat, bersahabat, dan pantang menyerah. Berbeda sekali dengan alternatif tontonan mereka pada sekitar pukul 19.30, yang tak lain sinetron anak-anak atau remaja (yaa..karena pemainnya masih usia SD dan SMP), tapi terlalu banyak mengumbar kata-kata 'kasar' yang bagi saya belum boleh didengar anak-anak.

Anak-anak itu bagaikan spons : menyerap apa saja. Tambah lagi, kadang mereka berperan menyerupai mesin fotokopi : menirukan apa saja. Yang lebih dewasalah sepertinya yang harus mengalah, memindah channel. Tapi uh, kadang tak ada alternatif juga. Untung masih ada kisah tentang binatang liar yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari sinetron.
Jadi bertanya-tanya, kapan ya kita bias memproduksi tontonan yang mendidik sekaligus menghibur seperti itu. Tentu saja kita tak lupa pada ‘Petualangan Sherina’, tapi karya Mira Lesmana dkk. ini nampaknya baru menempati persentase yang terlalu kecil dari total produksi film dan sinetron di negri ini. Padahal melihat kecenderungan masa kini, tontonan nampaknya menjadi salah satu penyumbang pembentukan pola pikir dan sikap anak-anak jaman sekarang.

So, saya kembali tersenyum geli melihat ponakan saya yang cempluk dan masih cadel itu menyisir poninya ke depan dan memamerkan pada mamanya, “Ma, miyip Doya yaa..”