Geli sekali rasanya melihat kedua keponakan saya tergila-gila pada Dora dan kisah petualangannya. Awalnya, hampir setahun lalu, saya heran, apa sih yang begitu mereka tunggu-tunggu tiap pagi itu. Bahkan mereka berdua (kini 7 tahun dan 3 tahun) sering bangun pagi-pagi, tak jarang lebih pagi dari yang lainnya, demi menonton serial kesayangan ini.
Lama-lama saya tertarik juga ikut menonton. Ternyata memang benar, petualangan Dora sangat seru dan lucu. Ditonton saja (yang kecil kan awalnya belum ngerti, paling-paling menirukan) sudah menarik, karena gambarnya warna-warni dan kartunnya itu loh, menggemaskan. Apalagi kalo anak yang lebih besar sedikit, bisa ikut merasakan serunya petualangan Dora.
Buat yang belum pernah nonton, Dora berkisah pada petualangan Dora dan Boots, sahabatnya (seekor monyet lucu) untuk menuju suatu tempat. Tempat itu jauh dan kadang harus lewat hutan, jembatan, gunung ataupun sungai, tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Sebelum berangkat, supaya tidak tersesat, mereka bertanya pada Peta, bagaimana jalan menuju tempat tersebut. Meski jauh dan mungkin berbahaya, Dora tidak gentar. Seringkali untuk dapat melewati suatu pintu, Dora harus menjawab teka-teki dengan mengajak para penontonnya untuk ikut menjawab. Tak jarang Dora ditolong oleh sahabat baru jika mendapat kesulitan. Seru bukan ?
Kadang mereka jam 5 pagi sudah ribut berebut tempat duduk favorit untuk nonton, sehingga membangunkan yang masih asyik bobok (kadang termasuk saya nih hehe..).
Sekarang, sudah banyak merchandise bertema Dora. Mulai boneka berbagai ukuran, tas, poster, buku tulis, pensil, dan segala macam benda kanak-kanak. Tak Cuma membius kedua ponakan saya, Dora dan sahabat-sahabatnya telah membuat hampir semua anak-anak jadi jatuh hati. Suatu kali ketika berbelanja di supermarket, saya dikagetkan oleh anak laki-laki kecil (kelihatannya berumur 5 tahun) yang tiba-tiba menyanyi dengan lantang, ”Aku Peta, aku Peta, aku Peta...” sambil tangannya bergoyang ke kiri ke kanan, menirukan gaya Peta ketika hendak memberi petunjuk pada Dora. Hahaha... lucu banget...
Dan itu tak pelak membuat saya jatuh iri juga pada pembuatnya. Bagaimana sebuah ide tentang tokoh Dora dan kisahnya bisa muncul ke dunia, membawa pesan untuk menjadi anak yang pemberani, cerdas, sehat, bersahabat, dan pantang menyerah. Berbeda sekali dengan alternatif tontonan mereka pada sekitar pukul 19.30, yang tak lain sinetron anak-anak atau remaja (yaa..karena pemainnya masih usia SD dan SMP), tapi terlalu banyak mengumbar kata-kata 'kasar' yang bagi saya belum boleh didengar anak-anak.
Anak-anak itu bagaikan spons : menyerap apa saja. Tambah lagi, kadang mereka berperan menyerupai mesin fotokopi : menirukan apa saja. Yang lebih dewasalah sepertinya yang harus mengalah, memindah channel. Tapi uh, kadang tak ada alternatif juga. Untung masih ada kisah tentang binatang liar yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari sinetron.
Jadi bertanya-tanya, kapan ya kita bias memproduksi tontonan yang mendidik sekaligus menghibur seperti itu. Tentu saja kita tak lupa pada ‘Petualangan Sherina’, tapi karya Mira Lesmana dkk. ini nampaknya baru menempati persentase yang terlalu kecil dari total produksi film dan sinetron di negri ini. Padahal melihat kecenderungan masa kini, tontonan nampaknya menjadi salah satu penyumbang pembentukan pola pikir dan sikap anak-anak jaman sekarang.
So, saya kembali tersenyum geli melihat ponakan saya yang cempluk dan masih cadel itu menyisir poninya ke depan dan memamerkan pada mamanya, “Ma, miyip Doya yaa..”
No comments:
Post a Comment