Friday, February 25, 2005

Uhuk uhuk uhuk…

Terbatuk-batuk saya sambil sibuk menutup hidung demi menyelamatkan diri dari hitamnya asap knalpot bis kota yang baru lewat. Duh, mana tisu yaa, ternyata saya lupa bawa… Dan ngga cuma saya rupanya yang merasa tergangu dengan asap tadi, ibu-ibu di sebelah saya dan beberapa pria di halte bis itu secara spontan menutup hidung dengan apa saja yang mungkin dipakai : saputangan, koran, tas… apa aja deh, yang penting ketutup.

Tapi ada juga lho, yang menunjukkan reaksi minimal. Paling menoleh melawan arah datangnya asap. Barangkali, beliau ini sudah ‘terbiasa banget’ dengan kondisi udara di kota Jakarta ini. Barangkali, beliau punya saluran pernapasan yang cukup kuat menghadapi udara yang kotor ini. Tetapi sekuat-kuatnya paru-paru dan teman-temannya itu, ada batasnya juga dong.

Menurut penelitian, efek dari polusi udara itu bervariasi tergantung kadar pengotor atau polutannya. Ada yang menimbulkan reaksi spontan, misal batuk-batuk, ataupun yang berefek akumulasi. Artinya, efeknya baru terasa besok-besok hari, setelah jangka waktu lama tanpa terasa, ketika polutan tersebut telah melebihi ambang batas kemampuan tubuh untuk mentoleransinya... Duh, duh, kasihan benar tubuh kita ini yaa...

Nah, yang bikin sesak pernapasan dan batuk-batuk itu umumnya polutan yang berbentuk partikel, maksudnya benda kecil buanget yang keluar dari knalpot, tapi tidak cukup kecil sehingga mengganggu pernapasan kita yang peka ini. Polutan ini punya nama keren : Particulate Matter. Beliau ini berupa debu, karbon yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna (ini nih yang bikin asap jadi item abisss), abu, ataupun kotoran lain.

Ukurannya bervariasi, ada yang kecil, lebih kecil, sampai kecil buanget. Bahasa matematiknya PM 10 (diameter ≤ 10 µm), PM 2.5 ( ≤ 2.5 µm), sampai ’ultrafine particles’ a.k.a nanoparticles (≤ 0.1 µm alias 100 nanometer). Yang bikin batuk-batuk, tentu saja partikel yang ukurannya lebih besar, tertahan oleh barisan pertahanan tubuh di saluran napas atas, bikin gatal tenggorokan dan menghasilkan batuk. Yang lebih berbahaya adalah partkel yang ukurannya lebih kecil, karena lolos dari ‘satpam’ kita, melenggang bebas ke….paru-paru ! Aduuh… numpuk deh di situ… Jadi akumulasi juga akhirnya…

Mau tahu polutan lain yang mungkin kita hirup sehari-hari dan apa efeknya? Ini dia….

CO alias Karbon Monoksida
Sumber Utama di Udara : 56% dari Kendaraan Bermotor; 44% Pembangkit listrik, dsb
Akibat Berbahaya yang Utama : Menghalangi pertukaran oksigen dalam darah

HC atau Hidrokarbon
Sumber Utama di Udara : 57% Kendaraan Bermotor; 43% dari Kilang minyak, pabrik pengguna solvent, dsb.
Akibat Berbahaya yang Utama : Melukai lapisan organ saluran pernapasan

NOx
Sumber Utama di Udara : 49% Kendaraan Bermotor; 51% Pabrik, Pembangkit listrik, Kilang minyak, dsb
Akibat Berbahaya yang Utama : Melukai mata, hidung, tenggorokan, jika parah dapat merusak paru-paru

SO2, gas Sulfur Dioksida
Sumber Utama di Udara : 47% Kendaraan Bermotor (Diesel); 53% Pembangkit listrik, dsb
Akibat Berbahaya yang Utama : Melukai membran sistem pernapasan dan menyebabkan inflamasi saluran napas

Pb alias Timbal
Sumber Utama di Udara : 100% dari kendaraan bermotor berbahan bakar Premium dan Premix
Akibat Berbahaya yang Utama : Menyebabkan gangguan mental dan penurunan IQ pada balita, gangguan pencernaan, hipertensi, anemia.

Lindungi diri anda sebisanya....

Tuesday, February 22, 2005

Dora and Boots !

Geli sekali rasanya melihat kedua keponakan saya tergila-gila pada Dora dan kisah petualangannya. Awalnya, hampir setahun lalu, saya heran, apa sih yang begitu mereka tunggu-tunggu tiap pagi itu. Bahkan mereka berdua (kini 7 tahun dan 3 tahun) sering bangun pagi-pagi, tak jarang lebih pagi dari yang lainnya, demi menonton serial kesayangan ini.
Lama-lama saya tertarik juga ikut menonton. Ternyata memang benar, petualangan Dora sangat seru dan lucu. Ditonton saja (yang kecil kan awalnya belum ngerti, paling-paling menirukan) sudah menarik, karena gambarnya warna-warni dan kartunnya itu loh, menggemaskan. Apalagi kalo anak yang lebih besar sedikit, bisa ikut merasakan serunya petualangan Dora.

Buat yang belum pernah nonton, Dora berkisah pada petualangan Dora dan Boots, sahabatnya (seekor monyet lucu) untuk menuju suatu tempat. Tempat itu jauh dan kadang harus lewat hutan, jembatan, gunung ataupun sungai, tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Sebelum berangkat, supaya tidak tersesat, mereka bertanya pada Peta, bagaimana jalan menuju tempat tersebut. Meski jauh dan mungkin berbahaya, Dora tidak gentar. Seringkali untuk dapat melewati suatu pintu, Dora harus menjawab teka-teki dengan mengajak para penontonnya untuk ikut menjawab. Tak jarang Dora ditolong oleh sahabat baru jika mendapat kesulitan. Seru bukan ?

Kadang mereka jam 5 pagi sudah ribut berebut tempat duduk favorit untuk nonton, sehingga membangunkan yang masih asyik bobok (kadang termasuk saya nih hehe..).
Sekarang, sudah banyak merchandise bertema Dora. Mulai boneka berbagai ukuran, tas, poster, buku tulis, pensil, dan segala macam benda kanak-kanak. Tak Cuma membius kedua ponakan saya, Dora dan sahabat-sahabatnya telah membuat hampir semua anak-anak jadi jatuh hati. Suatu kali ketika berbelanja di supermarket, saya dikagetkan oleh anak laki-laki kecil (kelihatannya berumur 5 tahun) yang tiba-tiba menyanyi dengan lantang, ”Aku Peta, aku Peta, aku Peta...” sambil tangannya bergoyang ke kiri ke kanan, menirukan gaya Peta ketika hendak memberi petunjuk pada Dora. Hahaha... lucu banget...

Dan itu tak pelak membuat saya jatuh iri juga pada pembuatnya. Bagaimana sebuah ide tentang tokoh Dora dan kisahnya bisa muncul ke dunia, membawa pesan untuk menjadi anak yang pemberani, cerdas, sehat, bersahabat, dan pantang menyerah. Berbeda sekali dengan alternatif tontonan mereka pada sekitar pukul 19.30, yang tak lain sinetron anak-anak atau remaja (yaa..karena pemainnya masih usia SD dan SMP), tapi terlalu banyak mengumbar kata-kata 'kasar' yang bagi saya belum boleh didengar anak-anak.

Anak-anak itu bagaikan spons : menyerap apa saja. Tambah lagi, kadang mereka berperan menyerupai mesin fotokopi : menirukan apa saja. Yang lebih dewasalah sepertinya yang harus mengalah, memindah channel. Tapi uh, kadang tak ada alternatif juga. Untung masih ada kisah tentang binatang liar yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari sinetron.
Jadi bertanya-tanya, kapan ya kita bias memproduksi tontonan yang mendidik sekaligus menghibur seperti itu. Tentu saja kita tak lupa pada ‘Petualangan Sherina’, tapi karya Mira Lesmana dkk. ini nampaknya baru menempati persentase yang terlalu kecil dari total produksi film dan sinetron di negri ini. Padahal melihat kecenderungan masa kini, tontonan nampaknya menjadi salah satu penyumbang pembentukan pola pikir dan sikap anak-anak jaman sekarang.

So, saya kembali tersenyum geli melihat ponakan saya yang cempluk dan masih cadel itu menyisir poninya ke depan dan memamerkan pada mamanya, “Ma, miyip Doya yaa..”

Monday, February 21, 2005

Salam Hangat....

Assalamualaikum....

Ada yang bilang menulis itu gampang... hehehe mari kita buktikan segampang apa, menuangkan isi hati dan pikiran, membiarkan diri berbagi. Siapa tahu bermanfaat buat yang lain ya ngga? Minimal buat diri sendiri. Selamat menerjang dunia....

Wassalamualaikum...