Waktu membuka-buka lagi koleksi foto tahun lalu, saya jadi teringat negeri Riau yang waktu itu saya kunjungi. Lumayan loh, hampir 3 bulan stay di sekitar Pekanbaru. Awalnya ngga kebayang, malah rada takut. Maklum aja ya, belum pernah ke lapangan. Real site, real engineering, hehehe... Dunia yang maskulin? Barangkali. Yang jelas, banyak yang berkomentar mendengar keberangkatanku, “Duh kok mau sih…?” atau ”Emang ngga ada yang lain yang bisa pergi, yang cowok?” atau pun, ”Riau kan panas, ngga takut item?”
Tapi.... saat itu saya merasa harus pergi. This is a step i have to take, a journey to overcome. Kalo tidak pergi, saya tidak akan bisa tau rasanya, dan mungkin akan penasaran selamanya. Tentu saja seraya tak lupa berdoa dan berkeyakinan bahwa apa yang saya lakukan itu ada manfaatnya. (Dan lagi, ada juga teman-teman saya, cewek juga, yang field engineer banget di salah satu Oil Company. Tempat kerjanya tak lain tak bukan ya di tengah hutan belantara hehehe… (piss girl!!). They can survive with that…)
Dan tahukah....di tengah dunia yang maskulin itu, saya justru merasa wanita.
Saya dituntut bekerja sebaik pria, dan saya memang minta tidak dibedakan. Saya berusaha menjadi seorang profesional, yang mengerti apa yang saya kerjakan. Nyatanya (menurut saya) saya bisa berkerja sekeras mereka, saya bisa berpikir logis, saya bisa menyetir dengan baik (bahkan mungkin lebih baik dari beberapa di antara mereka), saya bisa memanjat tower 15 meter itu (yang bahkan ada dari mereka yang belum pernah memanjatnya :p), saya bisa membaca peta dan bernavigasi, saya tidak takut kulit jadi item....pendeknya saya bisa kok.
Tapi di tengah segala kebisaan itu, justru dengan sendirinya saya menerima bahwa saya wanita dengan berbagai hal yang ‘saya tidak bisa’ dan ‘saya berbeda dari mereka’. Saya tidak kuat mengangkat jerigen 20 liter penuh air, saya tidak kuat memutar baut yang gede itu dan memang tidak berminat mencobanya, saya tidak bisa mandi di kali ketika waktu itu sumur kering, saya tidak akan dilepas pergi malam-malam sendirian, saya dipaksa pindah ke bangku belakang ketika melintasi salah satu ruas Lintas Timur Sumatera yang rawan, saya tidak pernah ditinggal sendiri di belakang ketika jogging lewat kebun kelapa, saya mengalami datang bulan....
Dan toh, mereka pun tidak keberatan mencuci piring, memasak indomie, dan bersih-bersih rumah. Walau kadang masih berantakan juga :p
Wanita memang sejajar pria, dan pria tidak lantas lebih tinggi dari wanita. Wanita dan pria sama pentingnya, tapi bisa memiliki orientasi berbeda. Wanita dan pria diciptakan dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Wanita dan pria.... saling mengisi....
Setiap orang, pria ataupun wanita, memiliki fungsi di dunia ini sesuai dengan bakat dan keahliannya....
Note :
.....saya pengen deh lebih sering meng-up date lembar-lembar ini,
melengkapi dgn asesoris biar lebih friendly...
uh, belum sempet .. mudah2an esok hari bisa lebih sering deh...
iri banget sama temen2 yang hampir tiap hari nulis di blog, hehehe...
No comments:
Post a Comment