Tuesday, August 26, 2008

Sumatera Selatan, the trip & the mission. (Part Two)

Well I’m not sure what to say in part two. Udah lama kelewat, but anyway...

Sungguh sembilan hari yang melelahkan, hampir tiap hari sampai jam 2 pagi. Banyak hal-hal yang bikin kesel dan nelangsa (coba toh, senelangsa-nelangsanya kerja berbulan-bulan di Riau, kayaknya belum pernah saya kerja nonstop dari jam 8 pagi mpe jam 2 pagi, dlm keadaan sulit air, dan mikirin listrik yg tak kunjung datang, plus beberapa kali musti pindah tempat menginap hehehe). Tapi semalang-malangnya, lha kok ya semuanya bisa jadi lucu banget ya 

It all started with the language.
God, we adore the language !! Hampir semua percakapan diakhiri dengan huruf ‘o’. No, no, no, gak seperti ‘o’ di jawa, tapi betul-betul ‘o’. And all the member of the team just love to use it. Lucu banget deh ngeliat dan dengar orang2 berlogat jawa dan sunda itu pada ngomong bahasa palembang (yeah including me :p). Diskusi bisa diselangi dengan ‘Apo maksudnyo ?’. Bahkan ketika si mister logistic yang jogja aseli itu belanja di pasar Martapura dan mencoba menawar dgn bhs palembang, ‘ini berapo?’ langsung ditanya ama yang jual, ‘aselinya mana pak?’ hehehe ketahuan langsung !!!
Aseli lucu banget ketika mendengar salah satu welder berkata, ‘dak pacak, dak pacak’ sewaktu ada yang gak bisa dipasang. Pun ketika si elektrical man tiba-tiba berlari, dan saya bertanya, ‘Knapa?’ dan dia teriak ,”Listriknyo belum menyalo’ hehehe.
Satu lagi, ada komentar '...semuanyo pedas...' trus ada yang nanya 'eh kalo semuanya bahasa palembangnyo apo ?" ternyata 'GALO-GALO" whohohoho...itu si bos ketawanya mpe terjengkang gitu. Sejak itu semua kata 'semuanya' kita ganti dengan 'galo-galo' :)

Then it came to the food.
Rombongan penggemar kecap. Itu adalah julukan dari sopir kami. “rombongan ini lucu-lucu benar. Tiap hariiiii beli kecap. Sehari habis satu botol.” Hehehehe…. Habis gimana ya. Kecap itu kan penyelamat rasa (selain krupuk tentunya, tapi kan di situ emang suka krupuk). Apalagi untuk melawan menu makan yang selalu pedas pedas dan pedas.

And the mission.
Well actually, kami diminta untuk menghasilkan tetes pertama biodiesel di OKU Timur pada tanggal 11 Agustus 2008. Yang alhamdulillah terlaksana pada jam 19.00 WIB. Kalau saja, yah ini sekedar berandai-andai saja, kalau saja suplai listrik dan air lancar, maka tetes pertama bisa terjadi pada pukul 8.00 loh. But you know what, I’m glad to be in this team. Walau serba terbatas, we make the best of it :)

So, the other fun things : pictures !!

ada yang lewat
Liat tu liat apa yang lewat di atas tuh :p

Belido
Hehehe belido enaks…

pindang patin
Ini lagi.... Pindang patin lezats dari resto Mahkota.

Photobucket
The great team hehehe nampang dulu sebelum pulang ke Jakarta.

masjid cheng ho
Nah kalo ini adalah Masjid Cheng Ho di dekat perumahan atlet di Palembang. Ide untuk berkunjung ke tempat ini muncul setelah di Koran hari sebelumnya kami lihat masjid ini dipakai lokasi pemotretan pemilihan Koko dan Cici Palembang. Keren juga ya. Tapi masih direnovasi.

Lho kok foto2nya malah di Palembang sih ? Lha muaap, waktu di OKUT super sibuk dan ribet, gak sempet capture pemandangan or apa lah. But for sure, OKUT itu sedang berkembang pesat, banyak potensi bisnisnya loh. Ayuk yang mau buka supermarket, atau dept. store, mall, atau hotel yang bagus, or toko buku, sekolahan, rumah sakit, toko bangunan, mari mari... OKUT maju terus yaa :)

Thursday, August 21, 2008

Sumatera Selatan, the trip & the mission.

(could I say, Part One?)

kesibukan sungai musi
Kesibukan di Sungai Musi.


Ke Sumsel ? Oh oke deh, cukup dekat (I mean, to be compared to Riau or Kalimantan or Sulawesi hehehe). So, berangkatlah saya selaku grup ketiga yg berangkat ke Sumatra Selatan tepatnya ke Kab. OKU Timur, sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kab. OKU (Ogan Komering Ulu) kalau tak salah pada akhir 2003. Ibukotanya Martapura (hayoo jangan keliru dgn kota penghasil berlian Martapura yg di Kalimantan).

Saya pertama kali melintas di daerah ini pertengahan 2002, hehehe dah beda banget kali ya. Jadi saya merasa akan banyak mendapat kejutan. Selain waktu itu lewatnya malam hari (hmmm... kira2 jam 9 malam lewat deh), saat itu Martapura hanyalah kota kuecil. Kali ini, 2008, hmmm kotanya masih tetap kelihatan kecil sih, tapi nampak sekali sedang berkembang dengan giatnya.

Anyway, sebenarnya kejutan berawal dari bandaranya, Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Berhubung selama ini hanya dapat cerita dari kawan saya yang bulak-balik ke Palembang karena kerjaan di sono, maka kali ini saya telah membuktikan kata-katanya : “Bener Ran, Adisucipto kalah deh. Dulu SMB emang kayak terminal bis, tapi sekarang bagus dah !” Sungguh pencitraan yang bagus, first impression takes the count, what a nice airport.

Dan ketemu orang Jawa lagi ! hahaha… Sopir yang jemput kami ternyata berdarah Klaten. Kemana menoleh di Indonesia ini, kok ya ketemu orang Jawa yak. Cerita punya cerita, dia udah lima puluh tahun lebih di Sumsel, ikut orang tuanya bertransmigrasi. Fasih berbahasa palembang, tapi mukanya Jawa banget. Dan begitu tahu saya dari Jogja, langsung deh ngomongnya pakai bahasa jawa, hehehe..

Next, tugas pertama begitu mendarat di Palembang adalah mencari barang pesanan orang mechanical itu, namanya O-Ring, ukurannya 18 mm. Aduh ! Please deh. “Tolong Ran, mumpung kamu di Palembang, di sini susah nyarinya, penting itu buat masang blablabla….”. So, ke bengkel Ahass, gak ada. Kata penjual di Ahass, “Ke Cinde pasti ada sih, tapi gak aman buat kamu, cari di sekitar IP aja”. Entah apa maksudnya dgn gak aman, aku bilang “terima kasih perhatiannya pak ” Cari di sekitar IP, gak ada juga. Akhirnya, ke Cinde juga. Kayak apa sih ? Hmmm rupanya daerahnya cukup seram. Apalagi dah jam 5 sore. Kok kayak Pasar Bawah di Pekanbaru ya. Mana ya daerah padanannya di Jakarta ? Daerah Pulogadung kali ya. Untung bawa ‘pengawal’ orang Palembang hehehe. Alhamdulillah, dapet juga barang pesanan. Halah, cumin kayak gitu toh. :)

Next stop was toko pempek. Loh, kok baru datang dah nyari pempek ? Ya itulah, pesanan para anak terlantar itu (yeah ada 8 orang kelaparan di ujung sana). “Bawain pempek doooong….,” sebuah suara mengiba. “Lho, kok minta pempek sih. Emangnya di OKUT gak da pempek??” tanya saya. “Gak ada !!!” Iya kali ya, ikan dari mana ya. Mungkin maksudnya, ‘gak ada… yang seenak di Palembang’… atau mungkin lagi pada pengen manja aja huuuu :P

Next visit was to my best friend’s house : Singgih & his cute family Helen, Shaffa & Niza. Sebuah kejutan menyenangkan melihat Niza dengan rambut ikalnya. Sejak dia lahir saya belum ngeliat. Akhirnya kesampaian juga Nggih, berkunjung ke rumahmu, meski ternyata minggu depannya kalian dah pindah ke Bogor. It’s ok, cuma 10 menit reuni but seneng banget akhirnya bisa mengunjungi kalian di Palembang  (aih sayang sekali foto2nya musnah hikshiks)

Nah, barulah pada jam 17.45, we headed to Martapura. Wueduh kok udah mulai gelap. Ooppss mati lampu pulak, jalanan gelap euy. Wah kisah pemadaman kok masih ada ya. Dulu tahun 2002, masuk Palembang juga pas gelap gulita. Skarang masih aja, hmmmfff… Tapi satu hal yang jelas berubah : jalannya muluuuussss lusss lusss. Well, who’s gone take the credit for this road ? Hussh, to anyone who deserves it deh, saya gak mau nyebut siapa2 deh, situasi rada panas, Sumsel baru menjelang Pilkada Gubernur sih hehehe.

And finally. Setelah beberapa perhentian, makan malam and isi bensin, dengan bapak sopir yang nyetir dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam kali ya, tapi alhamdulillah bisa lumayan tidur juga di perjalanan, akhirnya nyampe jugaaaa di Martapura (ckckck… dari Indralaya tadi jam 20.00 loh, super ngebut euy). Saya ngeliat ke jam tangan, upss 23.15… time to get another sleep…… rrrrrrr…….

Sunday, August 17, 2008

Jangan Berhenti...

Enam Puluh Tiga Tahun....
Sudah lama merdeka, lalu apa....

Sudah lupa sila-sila dalam Pancasila ? Sudah nggak tahu lagi isinya UUD 1945 ? Sudah nggak hapal lagi Pembukaan UUD 1945 ? Sudah nggak pernah ikut upacara bendera ? Sudah tidak pernah lagi menyanyikan lagu Indonesia Raya ? Sudah nggak tau lagi jumlah propinsi di Indonesia ? Sudah nggak tau lagi produk-produk kebanggaan Indonesia ?

Terima kasih buat Markis Kido dan Hendra Setiawan, yang membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di arena Olimpiade 2008.
Terima kasih buat yang berjuang membawa nama Indonesia di kancah dunia, dalam bekerja, belajar, ataupun berlomba.
Terima kasih buat yang masih memikirkan kemajuan bangsa ini, dengan tidak memperkaya diri atau kelompoknya.
Terima kasih buat yang memikirkan kelangsungan bangsa ini, dengan saling toleransi, saling menghormati perbedaan, saling menjaga kekayaan alam negeri, saling membantu dalam kebaikan.

Jangan, jangan berhenti di sini kawan.....
Menatap masa depan dengan senyuman :)
Insya Allah...

MERDEKA !!! :)